
Momen pernikahan anak Gubernur Jakarta Pramono Anung jadi kesempatan bertemu para tokoh politik
Jakarta – Momen pernikahan putri Pramono Anung, mantan Sekretaris Kabinet (Seskab), menjadi panggung langka pertemuan sejumlah tokoh politik penting. Salah satunya adalah perjumpaan antara Anies Baswedan, mantan Gubernur DKI Jakarta, dengan Megawati Soekarnoputri, Presiden kelima Republik Indonesia sekaligus Ketua Umum PDI Perjuangan.
Dialog Singkat di Balik Suasana Khidmat
Di sela acara yang berlangsung khidmat itu, Anies mengaku sempat berbincang hangat dengan Megawati. Namun, obrolan yang terjadi cenderung ringan dan berkisar pada momen pernikahan putri mantan koleganya tersebut. “Ya sama semuanya, dengan beliau juga bersalaman, ngobrol. Kalau suasana nikah kita ngobrolnya seputar pernikahan,” ujar Anies kepada awak media, Rabu (25/6/2025).
Meski begitu, Anies enggan mengungkapkan lebih dalam isi percakapan mereka, menegaskan bahwa suasana acara mendominasi interaksi mereka.
Harmoni Tradisi dan Modernitas dalam Acara
Anies pun memuji penyelenggaraan pesta pernikahan yang kental dengan nuansa kebudayaan sekaligus sentuhan modern. Menurut dia, perpaduan elemen tradisional dan gaya kekinian berjalan harmonis dan memberikan makna tersendiri. “Di satu sisi ada nuansa modern, tapi akar budaya terjaga. Jadi luar biasa caranya, hikmat dan penuh nuansa kebudayaan,” tuturnya.
Suasana penuh keheningan dan kebersamaan itu juga berhasil membuat seluruh rangkaian acara berjalan lancar tanpa kendala, sebuah nilai plus bagi sebuah perhelatan tingkat tinggi seperti ini.
Harapan dan Doa untuk Masa Depan Pengantin Baru
Tidak hanya mengapresiasi suasana acara, Anies juga menyampaikan harapan baik untuk masa depan pasangan pengantin. Ia berharap ikatan yang terjalin bukan sekadar antara dua individu, melainkan menyatukan dua keluarga besar. “Doa kami untuk mereka berdua dan semoga ikatan yang terbangun bukan hanya antara dua pribadi, tapi dua keluarga menjadi satu keluarga besar,” pungkasnya.
Pertemuan yang keakraban tersebut sekaligus menjadi pengingat bahwa di balik dinamika politik, terdapat momen kebersamaan yang mampu menyatukan beragam figur nasional.
