
Kanselir Austria Karl Nehammer bakal mundur dalam beberapa hari setelah upaya membentuk pemerintah baru gagal lagi
WINA – Kanselir Austria, Karl Nehammer, mengumumkan bahwa dirinya akan mengundurkan diri dari jabatannya, setelah pembicaraan yang alot mengenai pembentukan pemerintahan baru tidak mencapai kesepakatan. Langkah ini menimbulkan pertanyaan besar tentang stabilitas politik di negeri beraliran Alpen tersebut.
Upaya Pembentukan Pemerintahan Baru Berakhir Buntu
Nehammer, yang memimpin sejak akhir 2021 sebagai kepala pemerintahan dari Partai Rakyat Austria (ÖVP), menyampaikan kabar mengejutkan ini kepada publik pada konferensi pers yang digelar di ibukota, Wina. Ia menjelaskan bahwa keputusan ini diambil setelah diskusi intensif dengan berbagai partai politik lainnya berakhir tanpa solusi yang memadai untuk menyusun koalisi pemerintahan baru.
“Saya telah melakukan segalanya untuk mencari titik temu demi membentuk sebuah pemerintahan yang stabil. Namun, setelah berminggu-minggu pembicaraan, saya harus menyatakan dengan berat hati bahwa itu tidak berhasil. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk mundur dari posisi saya sebagai Kanselir Austria,” ujar Nehammer dalam pernyataannya, dengan nada yang terdengar tegas namun tetap menyiratkan rasa kecewa.
Tekanan Internal dan Eksternal Menambah Beban
Keputusan Nehammer ini tak lepas dari berbagai tekanan yang menghampiri pemerintahannya selama beberapa bulan terakhir. Menurut pengamat politik, kegagalan untuk menyelesaikan konflik internal di partainya sendiri menjadi salah satu faktor yang memperumit situasi.
“Partai Rakyat Austria berada di persimpangan yang sulit. Kesenjangan ideologi antara para anggota parlemen kami makin terlihat, dan ini tentu menghambat pembentukan koalisi dengan mitra potensial,” ujar seorang pejabat senior ÖVP yang enggan disebutkan namanya.
Selain itu, isu ekonomi domestik, termasuk lonjakan inflasi dan ketidakpuasan publik terhadap cara pemerintah menangani krisis energi, juga turut memberikan tekanan besar kepada pemerintahan Nehammer.
Reaksi dan Langkah Selanjutnya
Langkah Nehammer untuk mundur telah memicu berbagai tanggapan dari spektrum politik Austria. Pemimpin Partai Hijau, Werner Kogler, yang sebelumnya menjabat sebagai mitra koalisi ÖVP, menyatakan bahwa ia menyayangkan keputusan tersebut, namun memahami kompleksitas situasi yang dihadapi Nehammer.
“Bukan tugas yang mudah untuk memimpin di tengah tantangan sebesar ini. Saya menghormati keputusan Nehammer dan berharap Austria dapat segera menemukan solusi untuk memastikan stabilitas politik,” kata Kogler kepada media setempat.
Sementara itu, Partai Kebebasan Austria (FPÖ) yang beroposisi, menilai keputusan ini sebagai tanda kegagalan total kepemimpinan ÖVP. “Warga Austria pantas mendapatkan pemerintahan yang bekerja untuk mereka, bukan yang gagal memenuhi janji dan akhirnya menyerah di tengah jalan,” ucap Herbert Kickl, pemimpin FPÖ, dengan nada kritis.
Kini, Presiden Austria, Alexander Van der Bellen, diharapkan akan memulai konsultasi politik untuk menentukan langkah berikutnya, termasuk kemungkinan mengadakan pemilu dini. Para pakar memprediksi bahwa proses ini mungkin akan memakan waktu berminggu-minggu, atau bahkan berbulan-bulan, sebelum mencapai kestabilan baru.
Apa Makna Pengunduran Diri Ini Bagi Austria?
Pengunduran diri Nehammer menambahkan babak baru dalam sejarah politik Austria yang kerap diwarnai pertarungan koalisi yang rumit. Sebagai kanselir, ia mewarisi jabatan di saat situasi politik dalam negeri sedang goyah, dan kepergiannya kini membawa negara itu ke ketidakpastian lebih lanjut.
“Bagi Austria, ini adalah saat yang sulit. Namun, saya percaya bahwa sistem demokrasi kita cukup kuat untuk mengatasi krisis ini,” pungkas Nehammer sebelum meninggalkan konferensi pers dengan wajah yang terlihat tenang, namun penuh beban.
