Bank Indonesia mencatat kredit konsumsi tumbuh 8,7 persen YoY mencapai 22524 triliun Rupiah per Mei 2025

Bank Indonesia (BI) mencatat perlambatan pertumbuhan kredit konsumsi pada Mei 2025, terutama didorong oleh menurunnya laju pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR), sementara kredit kendaraan bermotor mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan.

Penyaluran Kredit Konsumsi Melambat di Mei 2025

Jakarta – Data terbaru dari Bank Indonesia mengungkapkan bahwa kredit konsumsi secara keseluruhan tumbuh sebesar 8,7% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi Rp2.252,4 triliun pada Mei 2025. Angka ini menurun dibandingkan pertumbuhan 8,9% YoY pada bulan April, mengindikasikan tren pelambatan yang sudah berlangsung sejak awal tahun. Penyebab utama perlambatan ini adalah kredit pemilikan rumah (KPR) yang mengalami perlambatan signifikan.

Menurut laporan Analisis Uang Beredar BI, pertumbuhan KPR turun dari 8,5% YoY menjadi 8,0% YoY per Mei, di mana jumlah kredit yang disalurkan mencapai Rp810,1 triliun. Penyaluran kredit properti yang mencakup KPR, kredit pemilikan apartemen, kredit real estate, dan kredit konstruksi juga melambat, tumbuh 5,9% YoY dibandingkan 6,1% pada April menjadi Rp1.442,5 triliun saja.

“Kredit properti memang menunjukkan perlambatan, khususnya di sektor KPR dan pembangunan. Namun, kami masih memantau perkembangan kredit kendaraan yang mulai berangsur naik,” ungkap Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Ramdan Denny Prakoso, Kamis (12/6/2025).

Kredit Multiguna Stagnan, Kredit Kendaraan Bermotor Mulai Bangkit

Sementara itu, kredit multiguna mencatat pertumbuhan stagnan di angka 9,6% YoY, dengan total penyaluran Rp1.297,6 triliun. Kondisi ini cukup berbeda dengan laju kredit kendaraan bermotor (KKB) yang mulai menunjukkan perbaikan. Penyaluran kredit kendaraan naik menjadi Rp144,6 triliun, tumbuh 5,1% YoY dari sebelumnya hanya 4,3% pada April, menandai adanya optimisme yang muncul di segmen otomotif.

Sebagai pelengkap gambaran, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Mei 2025 juga melambat ke angka 117,5 dibandingkan 121,7 pada April. Penurunan ini mencerminkan hati-hati konsumen dalam mengeluarkan belanja, meskipun tingkat optimisme masih terjaga di level positif.

“Terjaganya keyakinan konsumen ini didukung oleh indeks kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi konsumen yang tetap optimis,” lanjut Ramdan.

Dengan data tersebut, BI tampaknya terus mengawasi dinamika kredit konsumsi dan perilaku konsumen yang menjadi indikator penting bagi kestabilan ekonomi nasional di tengah tantangan global.

Shares: