China memenuhi pasar global dengan batu bara berlebih membuat Indonesia kehilangan pasar ekspor utama dan menghadapi tekanan harga yang semakin tinggi
Jakarta – Melimpahnya pasokan batu bara dari China ke pasar global pada tahun ini memberikan tekanan berat bagi Indonesia sebagai salah satu eksportir batu bara utama dunia. Dalam lima bulan pertama 2025, China tercatat mengekspor sekitar 2,5 juta ton batu bara, meningkat 13% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Lonjakan ekspor ini membuat harga batu bara global tertekan dan mempersempit pangsa pasar ekspor Indonesia.
China Borong Pasar Ekspor Batu Bara, RI Kewalahan
Berdasarkan data bea cukai China yang dikutip Bloomberg pada Selasa (24/6/2025), ekspor batu bara Negeri Tirai Bambu sebagian besar menyasar negara-negara seperti Jepang, Indonesia, dan Korea Selatan. Persaingan sengit dari pasokan batu bara surplus China otomatis membuat Indonesia terdesak, terutama dalam menjaga volume ekspor dan mengamankan harga jual yang kompetitif.
Pengamat energi dari Universitas Indonesia, Dr. Rahmat Hidayat, mengatakan, “Melimpahnya sumber batu bara China di pasar dunia memang menimbulkan tantangan serius. Indonesia harus segera berinovasi dan meningkatkan efisiensi produksi agar tidak hanya bergantung pada volume ekspor, tapi juga kualitas dan harga.” Dia menambahkan bahwa diversifikasi pasar dan pengembangan teknologi pengolahan batu bara dapat menjadi kunci agar sektor ini tetap bertahan.
Tekanan dari China ini bukan hanya soal angka ekspor, melainkan juga pengaruhnya terhadap nilai ekonomi batu bara di dalam negeri. Harga yang terus menurun dipicu oversupply global, membuat pendapatan ekspor batu bara Indonesia berisiko menurun. Kondisi ini memiliki implikasi luas terhadap pertumbuhan ekonomi, terutama bagi daerah-daerah yang sangat bergantung pada industri batu bara.
Strategi Mempertahankan Posisi di Pasar Global
Menghadapi tantangan tersebut, pemerintah Indonesia didorong untuk memperkuat kebijakan yang mendukung peningkatan daya saing batu bara nasional. Aspek seperti pengembangan infrastruktur, peningkatan kualitas batu bara, hingga penguatan negosiasi dagang menjadi agenda penting. Selain itu, menjajal pasar baru di luar Asia Timur juga perlu dipertimbangkan untuk mengurangi ketergantungan pasar tradisional.
Salah satu pengusaha batu bara, Budi Santoso, menyatakan, “Persaingan dengan China memang berat, tapi kami optimistis dengan strategi ekspansi ke pasar baru dan penerapan teknologi ramah lingkungan, bisnis batu bara Indonesia masih punya peluang besar.” Menurutnya, penyesuaian bisnis dan adaptasi terhadap dinamika pasar global adalah langkah yang tak terelakkan.
Indonesia kini berada di persimpangan yang menuntut inovasi dan strategi baru agar sektor batu bara tetap tumbuh dan mampu menghadapi gelombang ekspor batu bara tambahan dari China yang terus mengalir deras ke pasar internasional.